RINGKASAN
MATERI
KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU
Ilmu
pengetahuan adalah sebaik-baik sesuatu yang disukai, sepenting-penting sesuatu
yang di cari dan merupakn sesuatu yang paling bermanfaat, daripada selainnya.
Kemuliaan akan di dapat bagi pemiliknya dan keutamaan akn di perolaeh oleh
orang yang memburunya.
Ilmu
adalah sebuah petunjuk bagi maju ;atau berkembangnya sebuah peradaban bangsa.
Artinya, kemajuan sebuah bangsa dapat dilihat melalui kemajuan ilmu pengetahuan
yang ada dalam lingkungan mereka.
MATERI POKOK
A. Firman
Allah yang Menganjurkan untuk Semangat dalam Menuntut Ilmu
Dalam
ilmu agama, ilmu pengetahuan adalah kunci menuju keselamatan dan kebahagiaan
akhirat selama-lamanya.
1.
Bunyi
dan Terjemahan Ayat
Salah satu ayat yang menunjukkkan adanya
anjuran dari Allah kepada kaum muslimin agar tetap semangat untuk belajar
adalah Q.S At Taubah: 122.
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ
كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ
وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ
يَحْذَرُونَ
Artinya:
“Tidak
sepatutya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak
pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga
dirinya.” (Q.S At-Taubah: 122).
Asbabun
Nuzul Ayat
Asbabun Nuzul adalah sebab-sebab
diturunkannya sebuah ayat Allah. Sebab-sebab diturunkannya wahyu Allah ini
salah satunya adalh keterangan yang ditunjukkan oleh Ibnu Abi Hatim.
Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah
hadis melalui Ikrimah yang menceritakan, bahwa ketika diturunkannya firman-Nya
berikut ini, yaitu, “jika kalian tidak
berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kalian denagn siksa yang
pedih.”(Q.S. At-Taubah: 39). Tersebutlah pada saat itu ada orang-orang yang
tidak berangkat ke medan perang, mereka berada di daerah Badui (pedalaman)
karena sibuk mengajarkan agama kepada kaumnya. Maka orang-orang munafik
memberikan komentarnya, “ sungguh masih ada orang-orang yang tertinggal di
daerah-daerah pedalaman itu.” Kemudian turunlah firman-Nya yang menyatakan, “ tidak sepatunya bagi orang-orang yang
mukmin itu pergi semuanya (ke madan perang)….” (Q.S. At-Taubah: 122).
Ibnu Abu Hatim mengetengahkan pula hadis
lainnya melalui Abdullah bin Ubaid bin Umair yang menceritakan, bahwa mengingat
kaum mukminin yang sangat besar terhadap masalah jihad, disebutkan bahwa bila
Rasulullah saw. mengirimkan pasukan perang, maka mereka semuanya berangkat. dan
mereka meninggalkan nabi saw. di Madinah bersama dengan orang-orang yang lemah.
Maka turunlah firman Allah SWT. yaitu
surah At-Taubah ayat 122.
2.
Isi/Kandungan
Ayat
a.
Kandungan
yang pertama,
Allah berfirman, yang artinya :
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang)….”
Dalam ayat ini artinya, dalam
kondisi peperangan, tidak boleh semuanya berangkat berperang (berjihad).
“Harus” ada sebagian orang yang tinggal di Negara islam. Tujuannya adalah untuk
banyak hal, sebagaimana yang akan diungkapkan dalam ayat selanjutnya. Namun,
adanya perintah ini, tidak boleh dimaknai “bolehnya orang memilih untuk tidak
ikut berperang (berjihad)”. Sebab jika dimaknai seperti itu, maka aka nada
sebagian pengecut yang takut mati, sehingga mencari-cari alasan untuk memilih
tidak ikut berjihad. Padahal, berjihad itu adalah wajib bagi kaum muslim (wajib
kifayah), dan setiap muslim harus bersiap untuk berjihad di jalan Allah. Ini
dikarenakan kemuliaan dan keistimewaan syariat jihad di mata Allah SWT.
b.
Kandungan
yang kedua
Alah berfirman, yang artinya :
“Mengapa
tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali padanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya.”
Ayat ini berarti yaitu memberikan
pengajaran kepada para warga Negara islam. Mereka mengajarkan dan mendidik
warga negara islam dengan tsaqafah keislaman. Inilah yang dimaksudkan bahwa
agar ada sebagian orang yang tidak berangkat berjihad itu adalah untuk
memberikan pengajaran islam kepada warga Negara yanh lain.
A.
Hadis
yang Menganjurkan agar Semangat Menuntut Ilmu
Selain
ayat-ayat al-quran, anjuran untuk semangat dalam menuntut
Ilmu juga ditunjukkan oleh hadis Rasulullah
saw. yang artinya :
“Barang siapa yang menempuh
suatu perjalanan dalam rangka untuk menuntut ilmu maka Allah akan mudahkan
baginya jalan ke surga. Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu masjid di
antara masjid-masjd Allah, mereka membaca kitabullah serta saling
mempelajarinya kecuali akan turun kepada mereka ketenangan dan rahmat serta
diliputi oleh para malaikat. Allah menyebut-nyebut mereka dihadapan para
malaikat.”(HR. Muslim)
Hadis
tersebut sangat jelas menunjukkan pujian terhadap aktivitas mencari ilmu.
Siapapun yang menghadiri majelis ilmu, maka dia akan dimudahkan jalan menuju
surga. Betapa ini sangat luar biasa, sebuah motivasi yang tidak hanya akan
berdampak di dunia, melainkan juga di akhirat. Maka, barang siapa yang
mengabaikan aktivitas menuntut ilmu, maka sesungguhnya ia tidak akan dimudahkan
oleh Allah ;untuk menuju ke surga.
B.
Keteladanan
dalam Mencari Ilmu
Berikut
beberapa kisah yang bisa memotivasi kita untuk selalu bersemangat dalam
menuntut ilmu.
1.
Kesabaran
dan Kesungguhan Menuntut Ilmu
Salah seorang ulama, yang bernama
Ibnu Thahir al- Maqdisy berkata : Aku dua
kali kencing darah dalam menuntut ilmu hadits, sekali di Bghdad dan sekali di
Mekkah. Aku berjalan bertelanjang kaki di panas terik matahari dan tidak
berkendaraan dalam menuntut ilmu hadits sambil memanggul kitab-kitab di
punggungku.
2.
Belajar
Setiap Hari
Imam an-Nawawi setiap hari membaca
12 jenis ilmu yang berbeda 9fiqih, hadits, tafsir, dan sebagainya.
3.
Membaca
Kitab Sebagai Pengusir Kantuk
Ibnu al-Jahm membaca kitab jika
beliau mengantuk, pada saat yang bukan semestinya. Sehingga beliau bisa segar
kembali.
4.
Berusaha
Mendapatkan Faidah Ilmu Meski di Kamar Mandi
Majduddin Ibnu Taimiyyah (kakek
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah) jika akan masuk kamar mandi berkata kepada orang
yang ada di sekitarnya: Bacalah kitab ini
dengan suara keras agar aku bisa mendengarnya di kamar mandi.
5.
40
Tahun Tidaklah Tidur, Kecuali Kitab Berada di Atas Dadanya
Al-Hasan al-lu’lu’I selama 40 tahun
tidaklah tidur kecuali kitab berada di atas dadanya.
6.
Tidaklah
Berjalan Kecuali Bersamanya Ada Kitab
Al-hafidz al-khatib tidaklah
berjalan kecuali bersamanya kitab yang dibaca, demikian juga abu nu’aim
al-asbahaany (penulis kitab Hilyatul
Auliyaa’)
7.
Menjual
rumah untuk membeli kitab
Al-hafidaz abul ‘ala al-hamadzani
menjual rumahnya seharga 60 dinar untuk membeli kitab-kitab ibnul jawaaliqi
8.
Kemampuan
membaca yang luar biasa
Contoh, ibnul jauzi sepanjang
hidupnya telah membaca lebih dari 20.000 jilid kitab.
9.
mengulang
membaca suatu kiab hingga berkali-kali
contoh, ghalib bin adirrahman bin
ghalib al-muhaariby telah membaca shahih al-bukhari sebanyak 700 kali.
10.
Kesungguhan
menulis
Muhammad bin Muharram yang lebh
dikenal dengan ibnu manzhur (penulis
lisanul arab) ketika meniggal mewariskan 500 jilid buku tulisan tangan.
0 komentar:
Posting Komentar