TUGAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

On Kamis, 06 Maret 2014 0 komentar




RINGKASAN MATERI



KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU


Ilmu pengetahuan adalah sebaik-baik sesuatu yang disukai, sepenting-penting sesuatu yang di cari dan merupakn sesuatu yang paling bermanfaat, daripada selainnya. Kemuliaan akan di dapat bagi pemiliknya dan keutamaan akn di perolaeh oleh orang yang memburunya.
Ilmu adalah sebuah petunjuk bagi maju ;atau berkembangnya sebuah peradaban bangsa. Artinya, kemajuan sebuah bangsa dapat dilihat melalui kemajuan ilmu pengetahuan yang ada dalam lingkungan mereka.


MATERI POKOK

A.    Firman Allah yang Menganjurkan untuk Semangat dalam Menuntut Ilmu
Dalam ilmu agama, ilmu pengetahuan adalah kunci menuju keselamatan dan kebahagiaan akhirat selama-lamanya.

1.      Bunyi dan Terjemahan Ayat
Salah satu ayat yang menunjukkkan adanya anjuran dari Allah kepada kaum muslimin agar tetap semangat untuk belajar adalah Q.S At Taubah: 122.

 وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ


Artinya:
     “Tidak sepatutya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (Q.S At-Taubah: 122).

        Asbabun Nuzul Ayat
       Asbabun Nuzul adalah sebab-sebab diturunkannya sebuah ayat Allah. Sebab-sebab diturunkannya wahyu Allah ini salah satunya adalh keterangan yang ditunjukkan oleh Ibnu Abi Hatim.
        Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Ikrimah yang menceritakan, bahwa ketika diturunkannya firman-Nya berikut ini, yaitu, “jika kalian tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kalian denagn siksa yang pedih.”(Q.S. At-Taubah: 39). Tersebutlah pada saat itu ada orang-orang yang tidak berangkat ke medan perang, mereka berada di daerah Badui (pedalaman) karena sibuk mengajarkan agama kepada kaumnya. Maka orang-orang munafik memberikan komentarnya, “ sungguh masih ada orang-orang yang tertinggal di daerah-daerah pedalaman itu.” Kemudian turunlah firman-Nya yang menyatakan, “ tidak sepatunya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke madan perang)….” (Q.S. At-Taubah: 122).
      Ibnu Abu Hatim mengetengahkan pula hadis lainnya melalui Abdullah bin Ubaid bin Umair yang menceritakan, bahwa mengingat kaum mukminin yang sangat besar terhadap masalah jihad, disebutkan bahwa bila Rasulullah saw. mengirimkan pasukan perang, maka mereka semuanya berangkat. dan mereka meninggalkan nabi saw. di Madinah bersama dengan orang-orang yang lemah. Maka turunlah firman Allah SWT.  yaitu surah At-Taubah ayat 122.


2.      Isi/Kandungan Ayat

a.      Kandungan yang pertama,
Allah berfirman, yang artinya :

“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang)….”

     Dalam ayat ini artinya, dalam kondisi peperangan, tidak boleh semuanya berangkat berperang (berjihad). “Harus” ada sebagian orang yang tinggal di Negara islam. Tujuannya adalah untuk banyak hal, sebagaimana yang akan diungkapkan dalam ayat selanjutnya. Namun, adanya perintah ini, tidak boleh dimaknai “bolehnya orang memilih untuk tidak ikut berperang (berjihad)”. Sebab jika dimaknai seperti itu, maka aka nada sebagian pengecut yang takut mati, sehingga mencari-cari alasan untuk memilih tidak ikut berjihad. Padahal, berjihad itu adalah wajib bagi kaum muslim (wajib kifayah), dan setiap muslim harus bersiap untuk berjihad di jalan Allah. Ini dikarenakan kemuliaan dan keistimewaan syariat jihad di mata Allah SWT.

b.     Kandungan yang kedua
Alah berfirman, yang artinya :
   “Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali padanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”

Ayat ini berarti yaitu memberikan pengajaran kepada para warga Negara islam. Mereka mengajarkan dan mendidik warga negara islam dengan tsaqafah keislaman. Inilah yang dimaksudkan bahwa agar ada sebagian orang yang tidak berangkat berjihad itu adalah untuk memberikan pengajaran islam kepada warga Negara yanh lain.


A.    Hadis yang Menganjurkan agar Semangat Menuntut Ilmu

Selain ayat-ayat al-quran, anjuran untuk semangat dalam menuntut
 Ilmu juga ditunjukkan oleh hadis Rasulullah saw. yang artinya :
       “Barang siapa yang menempuh suatu perjalanan dalam rangka untuk menuntut ilmu maka Allah akan mudahkan baginya jalan ke surga. Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu masjid di antara masjid-masjd Allah, mereka membaca kitabullah serta saling mempelajarinya kecuali akan turun kepada mereka ketenangan dan rahmat serta diliputi oleh para malaikat. Allah menyebut-nyebut mereka dihadapan para malaikat.”(HR. Muslim)

Hadis tersebut sangat jelas menunjukkan pujian terhadap aktivitas mencari ilmu. Siapapun yang menghadiri majelis ilmu, maka dia akan dimudahkan jalan menuju surga. Betapa ini sangat luar biasa, sebuah motivasi yang tidak hanya akan berdampak di dunia, melainkan juga di akhirat. Maka, barang siapa yang mengabaikan aktivitas menuntut ilmu, maka sesungguhnya ia tidak akan dimudahkan oleh Allah ;untuk menuju ke surga.


B.     Keteladanan dalam Mencari Ilmu

Berikut beberapa kisah yang bisa memotivasi kita untuk selalu bersemangat dalam menuntut ilmu.

1.      Kesabaran dan Kesungguhan Menuntut Ilmu
Salah seorang ulama, yang bernama Ibnu Thahir al- Maqdisy berkata : Aku dua kali kencing darah dalam menuntut ilmu hadits, sekali di Bghdad dan sekali di Mekkah. Aku berjalan bertelanjang kaki di panas terik matahari dan tidak berkendaraan dalam menuntut ilmu hadits sambil memanggul kitab-kitab di punggungku.

2.      Belajar Setiap Hari
Imam an-Nawawi setiap hari membaca 12 jenis ilmu yang berbeda 9fiqih, hadits, tafsir, dan sebagainya.

3.      Membaca Kitab Sebagai Pengusir Kantuk
Ibnu al-Jahm membaca kitab jika beliau mengantuk, pada saat yang bukan semestinya. Sehingga beliau bisa segar kembali.

4.      Berusaha Mendapatkan Faidah Ilmu Meski di Kamar Mandi
Majduddin Ibnu Taimiyyah (kakek Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah) jika akan masuk kamar mandi berkata kepada orang yang ada di sekitarnya: Bacalah kitab ini dengan suara keras agar aku bisa mendengarnya di kamar mandi.

5.      40 Tahun Tidaklah Tidur, Kecuali Kitab Berada di Atas Dadanya
Al-Hasan al-lu’lu’I selama 40 tahun tidaklah tidur kecuali kitab berada di atas dadanya.

6.      Tidaklah Berjalan Kecuali Bersamanya Ada Kitab
Al-hafidz al-khatib tidaklah berjalan kecuali bersamanya kitab yang dibaca, demikian juga abu nu’aim al-asbahaany (penulis kitab Hilyatul Auliyaa’)

7.      Menjual rumah untuk membeli kitab
Al-hafidaz abul ‘ala al-hamadzani menjual rumahnya seharga 60 dinar untuk membeli kitab-kitab ibnul jawaaliqi

8.      Kemampuan membaca yang luar biasa
Contoh, ibnul jauzi sepanjang hidupnya telah membaca lebih dari 20.000 jilid kitab.

9.      mengulang membaca suatu kiab hingga berkali-kali
contoh, ghalib bin adirrahman bin ghalib al-muhaariby telah membaca shahih al-bukhari sebanyak 700 kali.

10.  Kesungguhan menulis
Muhammad bin Muharram yang lebh dikenal dengan ibnu manzhur (penulis lisanul arab) ketika meniggal mewariskan 500 jilid buku tulisan tangan.





0 komentar:

Posting Komentar